Banjarmasin, Kalimantan Selatan, merupakan kota yang terkenal dengan banyaknya sungai. Masyarakat Banjarmasin memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci. Sungai Martapura menjadi salah satu sungai yang membuat saya penasaran untuk melihat lebih dekat kehidupan di sana.
Pagi hari berangkat dari Banjarbaru menuju Banjarmasin. Kebetulan saya menginap di salah satu hotel yang sangat terkenal di Banjarbaru. Staff dan pelayanannya begitu ramah, sehingga membuat saya nyaman menginap di sana. Selain itu, akses dari bandara maupun menuju Banjarmasin juga mudah dijangkau.
Perjalanan ke Banjarmasin dari Banjarbaru memakan waktu sekitar satu jam. Jika berkunjung ke Banjarmasin, sepertinya kurang lengkap jika tidak mencoba menaiki “Klotok” untuk menyusuri sungai. Klotok merupakan perahu bermesin yang digunakan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi air. Mereka umumnya memanfaatkan Sungai Martapura sebagai jalur perdagangan.
Tiba di Dermaga Siring, sang Klotok sudah menunggu untuk mengantarkan saya menyusuri Sungai Martapura. Kapasitas Klotok dapat mencapai lebih dari sepuluh orang.
Suara gemuruh mesin diesel Klotok menjadi alunan pengiring dalam perjalanan. Langit biru yang merona juga menemani pagi itu. Tawa, canda, dan ceria dari teman-teman di bagian belakang Klotok mengawali perjalanan kita menyusuri Sungai Martapura.
Dalam perjalanan, banyak kita jumpai rumah-rumah kayu yang berdiri di atas aliran Sungai Martapura. Tidak hanya rumah penduduk, rumah ibadah seperti musala dan masjid juga banyak terlihat di sini. Rumah-rumah penduduk saling berdempetan dengan rumah lainnya.
Beberapa jembatan melintang di atas aliran Sungai Martapura terlihat sangat rendah, sehingga kita harus menunduk sejenak hingga Klotok melewati bawah jembatan. Dari Klotok, jembatan terlihat padat dengan lalu lintas kendaraan, menggambarkan aktivitas masyarakat Banjarmasin dengan rutinitasnya.
Masyarakat di tepian Sungai Martapura memanfaatkan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci pakaian, mandi, dan memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. Dahulu, masyarakat Sungai Martapura juga memasak dan mengonsumsi air dari sungai ini.
etelah menempuh perjalanan di Sungai Martapura, Klotok kami akhirnya melewati muara yang menjadi pertemuan antara Sungai Martapura dengan Sungai Barito. Luasnya Sungai Barito terlihat dengan pulau-pulau kecil di tengahnya, salah satunya yang dihuni oleh monyet-monyet liar. Masyarakat sekitar memberi nama tempat ini Hutan Wisata Pulau Kembang.
Pulau Kembang banyak dihuni oleh monyet-monyet liar yang bisa kita temui di sini. Tidak jarang monyet-monyet tersebut mengambil barang pribadi milik pengunjung. Oleh karena itu, disarankan untuk menyimpan barang berharga seperti ponsel di tas terlebih dahulu. Saat mengambil gambar menggunakan smartphone, sebaiknya tetap waspada dan memperhatikan sekeliling agar terhindar dari jangkauan monyet liar.
Jembatan Barito merupakan jembatan penghubung antara Banjarmasin ke Palangkaraya dan sebaliknya. Jembatan ini juga sering disebut Jembatan Pulau Bakut.
Pulau Bakut merupakan pulau yang dihuni oleh Bekantan. Populasi Bekantan di Kalimantan sudah mulai langka, sehingga Pulau Bakut berperan sebagai habitat penting bagi mereka yang semakin terancam punah.
Jembatan yang terbuat dari kayu di dalam kawasan Pulau Bakut menjadi spot menarik dan Instagramable bagi kalangan anak muda. Dahan-dahan pohon di sisi kiri dan kanan jembatan kayu melindungi dari sengatan matahari di siang hari saat mengunjungi Pulau Bakut.
Pihak pengelola Pulau Bakut juga menyediakan menara pantau yang dapat digunakan untuk melihat Pulau Bakut dari atas. Dari menara ini, Jembatan Barito yang berwarna kuning tampak megah membentang di kejauhan.
Beberapa tempat menarik di sekitar sungai Martapura hingga sungai Barito sudah kami datangi. Kini, waktunya kami kembali ke Dermaga Siring. Dalam perjalanan pulang, kami menjumpai pedagang makanan yang “terbilang unik menurut saya,” karena menawarkan makanannya di atas Klotok. Mereka menjual makanan tradisional khas Banjarmasin.
Pagi hari setelah subuh, para pedagang yang menjual aneka makanan dari atas Klotok biasanya mulai menawarkan dagangannya kepada pengunjung yang datang. Banjarmasin memang sangat terkenal dengan Pasar Terapung-nya di wilayah Indonesia.
Sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Dari zaman leluhur mereka hingga saat ini, Sungai Martapura dan Sungai Barito memberikan banyak manfaat. Tidak hanya perahu kecil seukuran Klotok saja, tetapi Kapal Tongkang pengangkut batu bara juga dapat berlayar di Sungai Barito. Dari jalur distribusi hingga penggunaan kebutuhan sehari-hari, masyarakat dapat memanfaatkan sungai tersebut.
Tugas kita sebagai penerus warisan bangsa adalah menjaga kebersihan lingkungan sungai dan mencegah pencemaran limbah yang dapat merusak ekosistem sungai. Agar kelak, anak dan cucu-cucu kita juga dapat menikmati keindahan dan manfaat sungai seperti yang kita rasakan sekarang.