Menuju Kayangan

Jika kita mendengan kata ” Kayangan ” pasti yang akan ada dalam pikiran kita adalah ” Bidadari”. Memang … Mitosnya beberapa orang beranggapan bahwa Kayangan adalah salah satu tempat Bidadari berkumpul. Esok hari Kakak saya penasaran dengan tempat tersebut, Kakak saya pun mengajak saya mendatangi tempat tersebut.

” Wan, besok kita main ke Kayangan Yukk … ” Kakak saya berkata dengan semangat.

” Oke, besok siang ya Kak kita kesana ” Saya mengucap kata dengan Kakak saya.

” Oke, kamu jangan lupa Charge Kamera kamu, supaya kita bisa berfoto disana ” Kakak saya mengucap sambil tersenyum.

” Oke deh, Siap … ” Saya menjawab dengan tegas dan tersenyum.

Pagi hari saya membangunkan Kakak saya, sambil mengatakan ” Kak, jadi tidak kita pergi ke Kayangan ” Saya mengucap dengan Tegas.

Karena kondisi di wilayah Wonogiri sangat dingin, Kakak saya pun tertidur pulas, dan waktu itu saya menginap di Rumah Nenek saya. dengan kondisi Suhu pagi tersebut sangat dingin, saya pun bergegas lari ke Tungku Perapian, sambil menunggu Kakak saya terbangun dari tidurnya 🙁

dan kemudian Nenek saya memberikan secangkir Teh Tubruk Hangat Manis, yang membuat saya menjadi hangat. saya pun meminum nya sambil mendekatkan tubuh dengan Tungku Perapian.

Tak lama kemudian, Kakak saya terbangun dan menghampiri saya, sambil mengucap ” Wan, jadi tidak kita pergi ke Kayangan ?” Kakak saya mengucap sambil setengah sadar dari tidurnya. kemudian saya menjawabnya ” Iya jadi dong, aku dari tadi nungguin Kakak tidak bangun – bangun “Saya mengucap dengan tegas kepada Kakak saya.

lalu saya pun mandi lebih dahulu, dan mempersiapkan piranti yang musti dibawa dalam perjalanan. beberapa menit kemudian piranti yang ingin saya bawa sudah lengkap, saya pun bergegas berangkat ke Kayangan .

dalam perjalananan menuju Kayangan saya memandangi hamparan hijaunya ladang persawahan warga, Burung – burung hinggap bebas menari di dahan ranting kering, dan embun pagi masih tersisa di helai – helai Padi yang menguning, lampu rumah penduduk pun mulai padam, dan berganti kepulan asap dari dapur mereka, itu menandakan bahwa ini sudah Pagi.

Saya-pun segera memanfaatkan situasi itu, menghirup udara yang sejuk sambil tersenyum ria. beberapa suguhan panorama Terasering yang menawan menggambarkan tentang susunan alam yang indah.

jarak dari kediaman tempat saya menginap, kira – kira terhitung dengan Spidometer berjarak sekitar 12 Kilo Meter, atau sekitar 15 Menit perjalanan saya pun tiba di dekat Kayangan .

tempat Kayangan ini terletak diwilayah Tirtomoyo, Wonogiri – Jawa Tengah, atau bisa ditempuh dari pusat Kota Surakarta sekitar 4 Jam perjalanan. karena letak tempat Kayangan berapa di daerah pegunungan, jadi medan yang di tempuh menuju Kayangan sedikit agak menanjak, jadi sekiranya kita perlu berhati – hati. Tak lama kemudian saya tiba juga di Kayangan, ternyata saat itu lumayan sedikit cukup ramai, karena kondisinya berbarengan dengan hari libur panjang,

dengan membayar Tiket masuk Rp. 5.000,- saya sudah bisa masuk ke dalam wilayah lingkungan Kayangan, namun Tiket tersebut belum termasuk biaya Parkir Kendaraan. Dan saya pun tak sabar ingin segera melihat seperti apa Kayanganan tersebut, saya langsung memarkirkan kendaraan yang saya bawa, dan saya melanjutkan dengan berjalan kaki, dan ketika melihat ke sebelah kanan saya, ternyata aliran air yang begitu indah mengalir dari hulu sungai, warga sekita mengatakan bahwa air tersebut bersumber dari mata air yang langsung keluar dari Gunung,

Air yang mengalir melewati bongkahan Batu – batu besar membuat sebuah nada irama, mengalir deras dengan bebas menyentuh liku batu yang menjadikan sebuah cipratak – cipratan kecil. Batu – batu besar tersusun rapih tanpa seseorang pun merubahnya,

selain itu disana juga terdapat Air Terjun kecil yang mengeluarkan deras nya air, yang bersumber dari Mata Air Pegunungan.

Dinding Air Terjun menjadi sahabat Sejati dengan Deras nya air yang keluar, serta tumbuhan lumut yang melekat di Dinding tumbuh subur menghijau.

Dibalik ke indahnya yang bisa kita nikmati, kita harus mematuhi peraturan yang perlu kita perhatikan, sebuah tulisan yang mengsyaratkan adanya larangan – laranagan yang berbau Magis,

terpampang Tata Tertib yang musti di perhatikan, seperti menggunakan Pakaian Berwarna Hijau di Kayangan sangat dilarang jika kita perhatikan di tulisan yang ada di batu.

Suasana Mistis juga terlihat dengan adanya wadah – wadah Sesaji dari bekas  Ritual Kejawen. bagi sebagian orang kepercayaan Spiritual dari keyakinan Budaya membuat Tradisi Kejawen sulit di tinggalkan, dengan seiringnya berjalan nya waktu, kini Mitos – Mitos tersebut sudah sedikit di tinggalkan, karena kembali lagi kepada Sugesti diri kita sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *